Selasa, 29 Jun 2010

KISAH CAWAN CANTIK

Sepasang datuk dan nenek pergi belanja di sebuah kedai cenderamata untuk mencari hadiah buat cucu mereka..

Kemudian mata mereka tertuju kepada cawan yang cantik. "Lihat cawan itu," kata si nenek kepada suaminya.


"Kau betul, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si datuk.

Pada ketika mereka mendekati cawan itu,tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara, "Terima kasih untuk perhatian anda, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cawan yang dikagumi, aku hanyalah selonggok tanah liat yang tidak berguna..

Namun suatu hari ada seorang penjunan dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar..Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pening. Stop ! Stop ! Aku menjerit..

Tetapi orang itu berkata, 'Belum !' Lalu ia mulai menyodok dan meninju aku berulang-ulang. Stop! Stop jeritku lagi..Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan jeritanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam api. Panas! Panas ! jeritku dengan kuat. Stop ! Cukup ! jeritku lagi.Tapi orang ini berkata, 'Belum !

' Akhirnya ia mengangkat aku dari api itu dan membiarkan aku sampai sejuk.

Aku fikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah sejuk aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku..

Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku menjerit. Wanita itu berkata, ' Belum !' Lalu ia memberikan aku kepada seorang lelaki dan ia memasukkan aku sekali lagi ke api yang lebih panas dari sebelumnya ! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini !

Sambil menangis aku menjerit sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan jeritanku. Ia terus membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan sejuk.

Setelah benar-benar sejuk seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku.Aku terkejut sekali..

Aku hampir tidak percaya, kerana di hadapanku berdiri sebuah cawan yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku." Datuk dan nenek itu terdiam membisu. Lalu diceritakan kisah itu kepada cucunya..

Pengajaran:

Terkadang kita harus menghadapi kesukaran terlebih dahulu
sebelum memperolehi kesenangan..

Kata pepatah,
"Berakit-rakit dahulu, berenang-renang ketepian,
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian"

Allah mengujimu dalam kehidupan supaya engkau
menjadi insan yang lebih baik pada masa hadapan..
Jadi, bersabarlah..teruskan langkah, jangan mudah mengalah..
Dia tak kan membebanimu diluar batas kemampuanmu..
..insyaALLAH..
ALLAH Pencipta Manusia,
Dia Lebih Mengetahui Yang Terbaik Buat CiptaanNYA

Isnin, 28 Jun 2010

RAHMAT UJIAN

Dalam derita ada bahagia
Dalam gembira mungkin terselit duka
Tak siapa tahu
Tak siapa pinta ujian bertamu

Bibir mudah mengucap sabar
Tapi hatilah yang remuk menderita
Insan memandang
Mempunyai berbagai tafsiran

Segala takdir
Terimalah dengan hati yang terbuka
Walau terseksa ada hikmahnya
c/o
Harus ada rasa bersyukur
Di setiap kali ujian menjelma
Itu jelasnya membuktikan
Allah mengasihimu setiap masa
Diuji tahap keimanan
Sedangkan ramai terbiar dilalaikan
Hanya yang terpilih sahaja
Antara berjuta mendapat rahmatNya

Allah rindu mendengarkan
Rintihanmu berpanjangan
Bersyukurlah dan tabahlah menghadapi
c/o
Segala takdir
Terimalah dengan hati yang terbuka
Walau terseksa ada hikmahnya

Allah rindu mendengarkan
Rintihanmu berpanjangan
Bersyukurlah dan tabahlah menghadapi
Segala ujian diberi
Maka bersyukurlah selalu

(Mestica : Rahmat Ujian)

****

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”

“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”

(Al-‘Ankabuut Ayat yang ke2-3)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (Kita milik Allah dan kepada-Nya kita dikembalikan)””

(Al-Baqarah Ayat 155-156)


~p/s : Pelangi tak kan datang sebelum hujan bertandang ^^ ~

MEMO : WAHAI PUTERIKU

Bicara hati seorang ayah...

Puteriku..

Benarlah bahawa lelakilah yang memulai langkah pertama dalam lorong dosa, tetapi bila engkau tidak setuju, lelaki itu tidak akan berani, dan andai kata bukan lantaran lemah gemalaimu, lelaki tidak akan bertambah parah. Wanitalah yang membuka pintu, seolah kau katakan kepada si pencuri itu : Silakan masuk..silakan
Apabila ia telah mencuri, engkau berteriak : Pencuri..tolong!! tolong!! saya dicuri!

Demi Allah, dalam khayalan seorang pemuda tak melihat gadis kecuali gadis itu ditelanjangi pakaiannya.

Demi Allah begitulah, jangan engkau mudah percaya apa yang dikatakan lelaki, kebanyakan mereka tidak akan melihat gadis kecuali akhlak dan budi bahasanya. Ia akan berbicara kepadamu sebagai seorang sahabat. Demi Allah ia telah berbohong!

Senyuman yang diberikan pemuda kepadamu, kehalusan budi bahasa dan perhatiannya, semua itu tidak lain hanyalah merupakan perangkap rayuan. Setelah itu apa yang terjadi?

Kalian berdua sesat berada dalam kenikmatan, kemudian engkau ditinggalkan dan selepas itu selamanya akan merasakan penderitaan akibat kenikmatan itu. Si lelaki akan mencari mangsa lain untuk diterkam kehormatannya, dan engkaulah yang menanggung beban kehamilan. Jiwamu menangis, keningmu tercoreng, hidupmu berkubang dalam kehinaan dan keaiban, masyarakat tidak akan mengampunimu.

Puteriku...


Cita-cita wanita tertinggi adalah perkahwinan. Bagaimana tinggi pun status sosial kejayaan, karier, populariti, prestasinya, namun sesuatu yang paling agung dan sangat diinginkannya adalah menjadi isteri dan ibu yang baik kepada sebuah rumah tangga yang bahagia.

Tidak ada seorang pun lelaki yang mahu menikahi pelacur, sekalipun ia lelaki hidung belang. Apabila akan berumahtangga ia tetap akan memilih wanita yang baik, kerana ia tidak rela suri rumahtangganya dan ibu kepada putera dan puterinya adalah seorang wanita yang tidak baik.

Puteriku..


Puteriku yang beriman dan beragama! Puteriku yang terhormat dan terpelihara, ketahuilah bahawa yang menjadi korban semua ini bukan orang lain terkecuali engkau.

Oleh kerana itu, jangan berikan diri kalian semudah itu. Sesungguhnya kemuliaan yang tercela tidak akan kembali, martabat yang hilang tidak akan dapat ditemui kembali.

Inilah nasihatku padamu, puteriku. Inilah kebenaran. Sedarilah bahawa di tanganmulah kunci pintu perbaikan. Bila diri kalian diperbaiki, dengan demikian umat pun akan menjadi baik.


" Kehormatanmu terletak di tanganmu.
Keruntuhan akhlakmu juga di tanganmu"


Sumber : Diubahsuai daripada majalah SOLUSI

Ahad, 27 Jun 2010

GADIS KECIL YANG SOLEHAH ~

Berkata ibu gadis kecil tersebut:

Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak buruk pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.

Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.


Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang berpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma'ruf dan senantiasa menjaga hijabnya.

Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.

Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:
Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nashrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: "Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!"

Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.

Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.

Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?

Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku." Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.

Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.

Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata "Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."

Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!

Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjemah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!

Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.

Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."

Kami (aku, suami dan Afnan) pergi untuk pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."

Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.

Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya,karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan memarikannya akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orangtuanya.

PAda suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna. " Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan, Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."

Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!

Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan disisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.

Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!

Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mangabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.

Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.

Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum.
Dia berkata: "Ummi kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat."
Kukatakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah. "
Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."
Akupun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut."
Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasanya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku."

Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.

Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring diatas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua ." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah."

Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan kelurlah rohnya.

Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kesturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, kelurgaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillah rabbil 'aalamin

Jumaat, 18 Jun 2010

KISAH DI NERAKA..NAUZUBILLAH~

Saya berjumpa fenomena menakutkan hari itu. Takkan saya lupakan selama-lamanya. Ia amat menakutkan dan membuatkan saya trauma beberapa ketika. Terngiang-ngiang ungkapan hamba yang menyesali dosa, “Alangkah, lebih baik sekiranya aku menjadi tanah.”

Seorang lelaki berwajah buruk berkulit hitam merangkak-rangkak dengan penuh seksa di lembah kotor itu. Bau hanyir menusuk ke hidung, dengan segera saya meutup hidung. Namun bau itu makin kuat. Lelaki buruk berwajah hitam legam, hingus meleleh di hidung mesipun sudah disapu berkali-kali, dan yang malangnya, ia telanjang bulat tanpa sebarang pakaian.

Ah, ia amat menjelekkan. Bukan hanya dia bertelanjang, bahkan lelaki yang lain, perempuan, mak nyah, pondan dan tomboi, semua bertelanjang dan sangat menjelekkan. Yang perempuan, air nanah meleleh keluar daripada kemaluan mereka. Yang lelaki, air kencing mereka berdarah dan berketul-ketul. Mereka membuang air kecil dengan penuh seksa dan meraung kepedihan.

Lelaki yang merangkak-rangkak itu dihidangkan makanan. Saya mengintai dari kejauhan. Aduh, hidangannya adalah najis lembu yang masih cair dan dihurungi lalat. Najis hitam itu bercampur dengan air kencing lembu yang kuning-kekuningan. Saya muntah dibuatnya. Lelaki itu mengambil najis lalu disuap ke mulutnya dengan lahap. Ia muntah, namun dimakan terus tanpa henti.

Seksanya, hanyirnya. Tiba-tiba suasana menjadi pegun. Terdengar suara yang penuh garau dan menakutkan,





“Wahai manusia terkutuk, tahukah kamu neraka Hawiyah? Itulah neraka yang apinya menjulang-julang.”







Saya terpandang sepasang lelaki dengan perempuan. Si perempuan itu mengumpulkan nanah yang keluar daripada kemaluannya lalu diberikan kepada lelaki. Ia minum dengan rakus, kemudian muntah keluar. Yek, jelek sekali. Kemudian si lelaki bangun berdiri dan kencing sedangkan perempuan itu menadah mulutnya. Wek, saya muntah di situ juga.

“Wahai penzina yang berbangga dengan kemaluannya di dunia,
rasakan kamu air nanah dan najis pasangan kamu.
Apa yang kamu banggakan di dunia adalah kehinaan di akhirat.”

Sekumpulan manusia bertelanjang berhidung babi dihidangkan dua jenis makanan. Makakan yang baik dan makanan yang jelek. Namun mereka seolah-olah tidak nampak makanan yang baik itu. Mereka menerkam ke arah makanan jelek, yang dihurungi cacing dan lalat. Baunya seperti bau najis ayam. Ia busuk sekali. Mereka makan dengan lahap kemudian bergaduh sesama mereka.

“Wahai pemakan riba, kamu mengetahui bahawa riba
merupakan kemurkaan di sisi Allah.

Allah telah menyediakan ruang mencari rezeki yang baik
untuk kamu namun kamu memilih riba.”


Saya ketakutan. Ya Allah, di alam manakah aku ini sebenarnya. Seketika, saya melihat kejauhan. Seorang yang kelihatan soleh. Wajahnya tampak kuat beribadat. Ia diperintahkan ke sebuah taman yang indah. Namun, baru sahaja ia melangkah, kakinya dipegang erat oleh seseorang.

“Ya Allah, janganlah Kamu masukkan ia ke dalam taman keindahan itu. Ia seorang berilmu, namun ia tidak menyampaikannya kepada kami. Ia seorang naqib, namun ia tidak pernah berusrah dengan kami. Ia seorang pemimpin, namun ia tidak pernah membimbing kami. Ia seorang kuat ibadah, namun tidak pernah menunjuki kami. Masukkan ia ke neraka Ya Allah.”

Saya terus menangis. Seorang naqib? Ya, saya seorang naqib. Apakah seorang naqib seperti saya, yang tidak melakukan usrah akan dicampakkan ke dalam lembah orang telanjang itu? Saya menggeletar ketakutan.

Saya melihat sekumpulan wanita. Mereka sedang mengerumuni satu hidangan. Saya mengintai jauh-jauh. Alangkah, mereka sedang meratah daging mayat manusia. Mereka melapah daging manusia itu hidup-hidup. Siapakah mereka itu Wahai Tuhan?

Saya tambah menggigil apabila melihat salah seorang daripada mereka. Itu adalah saudara saya. Ia seorang yang berbai’ah dengan perjuangan Islam dan mencintai perjuangan. Mengapa ia turut berada dalam kelompok terkutuk itu.

“Itulah kumpulan wanita yang suka mengumpat dan menyebarkan fitnah.
Mereka memperjuangkan Islam. Namun dalam masa yang sama,
mereka suka sekali menaburkan fitnah dan mengumpat.”


Satu suara menjelaskan kepada saya.

Ya Allah, saya mengerti. Ini kisah benar. Saya mendengar dari rakan saya sendiri. Apabila seorang muslimah berkenan dengan seorang muslimin, dan muslimah itu meminta bantuan daripada rakannya menjadi orang tengah. Malangnya, orang tengah itu bukannya menjalin ikatan bahkan menaburkan fitnah.

Ya Allah, saya berharap cerita ini bukannya mengumpat dan menaburkan fitnah, bukan juga menyebarkan keburukan orang lain.

Seorang ahli pejuang Islam, keluar berdua-duaan dengan muslimah yang turut pejuang Islam. Berpegangan tangan. Menunggang motosikal bersama-sama. Nah, kepada mereka kita ingatkan, Peluklah pasangan kamu itu di atas motor seerat-eratnya, namun harus kamu ingat, yang kamu peluk itulah yang akan menghirup nanah yang keluar dari kemaluan kamu.

Na’uzubillah, Ajirna minannar.

Saya keanehan. Mengapa seorang lelaki boleh mempercayai seorang perempuan yang sanggup menyerahkan tangan untuk dipegang, kulit untuk dibelai menjadi isterinya? Bolehkah perempuan itu dipercayai untuk menjadi ibu kepada anaknya?

“Darah haid,” saya berpaling ke belakang. Seorang tua bertongkat merapati saya. " Darah haid, apa maksud atuk"

Orang tua itu menunjukkan saya ke satu arah. Terbeliak mata saya melihatnya. Sekumpulan lelaki dihidangkan air berupa darah haid yang baru sahaja keluar daripada seorang perempuan.

“Darah haid itu adalah untuk orang yang memuja perempuan sehingga
LALAI DARIPADA MENGINGA
TI ALLAH,”

p/s : m0ga mendapat iktibar dari kisah ini..
pesanan buat sahabat-sahabat, juga buat diri sendiri..
Nauzubillah..
kami berlindung hanya padaMU ya ALLAH..

Sumber : Email

DAHI MENCECAH SEJADAH ~

Bersihkanlah dirimu sebelum kamu dimandikan!
Berwudhu'lah kamu sebelum kamu diwudhu'kan!
Bersolatlah kamu sebelum kamu disolatkan!
Tutuplah rambutmu sebelum rambutmu ditutupkan!
Dengan kain kafan yang serba putih!
Pada waktu itu tidak guna lagi bersedih....
Walaupun orang yang hadir itu merintih.... .

Selepas itu kamu akan diletak di atas lantai....
Lalu dilaksanakanlah solat Jenazah
Dengan empat kali takbir dan satu salam
Berserta Fatihah, Selawat dan doa....
Sebagai memenuhi tuntutan Fardhu Kifayah

Tapi apakah empat kali takbir itu dapat menebus....
Segala dosa meninggalkan solat sepanjang hidup?
Apakah solat Jenazah yang tanpa rukuk dan sujud....
Dapat membayar hutang rukuk dan sujudmu yang telah luput?

Sungguh tertipulah dirimu jika beranggapan demikian....
Justeru ku menyeru sekelian Muslimin dan Muslimat....
Usunglah dirimu ke tikar Solat....
Sebelum kamu diusung ke liang lahad....
Menjadi makanan cacing dan mamahan ulat!

Iringilah dirimu ke masjid....
Sebelum kamu diiringi ke Pusara!
Tangisilah dosa-dosamu di dunia....
Kerana tangisan tidak berguna lagi di alam baqa'!

Sucikanlah dirimu sebelum kamu disucikan!
Sedarlah kamu sebelum kamu disedarkan.. ..
Dengan panggilan 'Izrail yang menakutkan!
Berimanlah kamu sebelum kamu ditalkinkan!
Kerana ianya berguna untuk yang tinggal....
Bukan yang pergi!

Beristighfarlah kamu sebelum kamu diistighfarkan!
Namun ketika itu istighfar tidak menyelamatkan!

Ingatlah di mana saja kamu berada.....
Kamu tetap memijak bumi Tuhan!
Dan dibumbungi dengan langit Tuhan!
Serta menikmati rezeki Tuhan!
Justeru bila Dia menyeru,....
Sambutlah seruan-Nya Sebelum Dia....
memanggilmu buat kali yang terakhirnya!
Ingatlah kamu dahulu hanya....
setitis air mani yang tidak bererti!

Lalu menjadi segumpal darah!
Lalu menjadi seketul daging!
Lalu daging itu membaluti tulang!
Lalu jadilah kamu insan yang mempunyai erti....

Ingatlah asal usulmu yang tidak bernilai itu....
Yang kalau jatuh ke tanah Ayam tak patuk itik tak sudu!
Tapi Allah mengangkatmu ke suatu mercu....
Yang lebih agung dari malaikat!

Lahirmu bukan untuk dunia....
Tapi gunakanlah ia buat melayar bahtera akhirat!

Sambutlah seruan 'Hayya 'alas Solaah'....
Dengan penuh rela dan bersedia!
Sambutlah seruan 'Hayya 'alal Falaah'..
Jalan kemenangan akhirat dan dunia!

Ingatlah yang kekal ialah amal....
Menjadi bekal sepanjang jalan!
Menjadi teman di perjalanan. ...
Guna kembali ke pangkuan Tuhan!

Pada hari itu tiada berguna.
Harta, tahta dan putera....
Isteri, kad kredit dan kereta....
Kondominium, saham dan niaga....
Kalau dahi tak mencecah sejadah di dunia!!!



Sumber : Segmen Nukilan, Radio IKIM

antara KERETA SPORT & AL-QURAN..

Seorang pemuda yang sedang berada di tahun akhir pengajiannya mengharapkan sebuah kereta sport daripada ayahnya...lantas, si pemuda memberitahu hajatnya kepada ayahnya, seorang hartawan yang ternama...si ayah hanya tersenyum... si anak bertambah yakin, andai keputusan peperiksaannya begitu cemerlang, pasti kereta itu akan menjadi miliknya..Beberapa bulan berlalu...ternyata si anak, dengan berkat kesungguhannya, telah beroleh kejayaan yang cukup cemerlang..hatinya berbunga keriangan...


Satu hari...si ayah memanggil si anak ke bilik bacaannya..si ayah memuji anaknya...sambil menyatakan betapa bangga hati seorang bapa sepertinya dgn kejayaan si anak yang cukup cemerlang... si anak tersenyum puas...di ruang matanya terbayang kilauan kereta sport
merah yang selama ini menjadi idamannya itu. Si ayah yang bagaikan mengerti kehendak si anak, menghulurkan sebuah kotak yang berbungkus rapi dan cantik...si anak terkesima... Sungguh, bukan itu yg kuhajatkan..Dengan hati yang berat, kotak itu bertukar tangan...matanya terarah kepada riak wajah ayahnya...yg tidak menunjukkan sebarang perubahan; seolah2 tidak dapat membaca tanda tanya yang bersarang dihatinya...

Dalam pada itu, si anak masih membuka pembalut yang membungkus kotak itu...penutup kotak dibuka...apa makna semua ini???..sebuah Al-Quran kecil; comel dgn cover kulit..tinta emas menghiasi tulisan khat di muka hadapan...si anak memandang ayahnya...terasa dirinya dipermainkan. ..amarahnya membuak...nafsu mudanya bergelojak...Ayah sengaja mempermainkan saya...ayah bukannya x tahu betapa saya menyukai
kereta tu...bukannya ayah x mampu utk membelikannya..Sudahlah ayah, bukan al-Quran ni yang saya nak, katanya keras...al-quran itu dihempaskan keatas meja bacaan...si anak terus
meninggalkan si ayah..tanpa memberi walau sesa'at utk si ayah bersuara...pakaiannya disumbatkan ke dalam beg..lantas, dia meninggalkan banglo mewah ayahnya...

Dia kemudiannya memulakan kehidupan baru dengan sekeping ijazah yg dimilikinya..10 tahun berlalu, si anak kini merupakan seorang yang berharta...punyai syarikat sendiri...dengan isteri yg cantik dan anak-anak yang sihat...cukup membahagiakan. ..namun hatinya tersentuh... Sudah 10 tahun..sejak peristiwa itu dia tidak pernah menjenguk ayahnya...

Sedang dia berkira2 sendiri, telefonnya berdering... dari peguam ayahnya...ayahnya meninggal dunia semalam...dengan mewariskan semua hartanya kepada si anak...si anak diminta pulang untuk menyelesaikan segala yg berkaitan perwarisan harta..

Dan buat pertama kalinya setelah dia bergelar bapa, si anak pulang ke banglo ayahnya... memerhati kan banglo yg menyimpan 1001 nostalgia dalam hidupnya...hatinya sebak..bertambah sebak apabila mendapati diatas meja di bilik bacaannya... Al-quran yang di hempaskannya masih lagi setia berada disitu...bagaikan setianya hati ayahnya mengharapkan kepulangannya selama ini...


Perlahan-lahan langkahnya menuju ke situ...mengambil al-quran itu..membelek-beleknya dengan penuh keharuan...Tiba- tiba, jatuh sesuatu dari Al-quran itu...segugus kunci...di muka belakang Al-quran itu...sebuah sampul surat ternyata diselotepkan disitu..Kunci itu segera dipungut...hatinya tertanya-tanya. ..Nyata sekali, di dalam sampul surat itu, terdapat resit pembelian kereta idamannya... dibeli pada hari konvokesyennya...Dengan bayaran yg telah dilunaskan oleh si ayah...sepucuk warkah..tulisan tangan org yg amat dikenalinya selama
ini..HADIAH TERISTIMEWA UNTUK PUTERA KESAYANGANKU...air mata si anak menitis deras...hatinya bagai ditusuk sembilu..penyesalan mula bertandang..

Namun semuanya sudah terlambat........................

p/s : Sekadar renungan bersama:
Berapa banyak kita melupakan nikmat Allah, hanya semata-mata kerana nikmat itu tidak "dibungkus", didatangkan atau diberi dalam keadaan yg kita hajati..............
Wallahhuallam~

Sumber : Ustaz Ridzuan's Blog

APASAL LAA....

Apasal laa.....

aku belum terfikir nak bentang sejadah,
Hidup senang rezeki datang melimpah,
Nak dirikan sembahyang, rakan baik setan suruh lengah-lengah,
Allah tarik nikmatku sampai nangis keluar air mata darah barulah padah.

Apasal laa.....

aku malas sembahyang,
Allah kasi aku jasad siap dengan bayang-bayang,
Bukan ke lebih baik daripada tiang,
Berdiri tanpa roh malam dan siang.

Apasal laa.....

aku malas sembahyang,
Kerja dah best keluarga pun dah senang,
Negara aman damai tak lagi hidup berdagang,
Takkan 5 minit 5 waktu aku tak boleh nak luang.

Apasal laa......

aku malas sembahyang,
Allah kasi otak supaya aku tak bangang,
Allah kasi ilmu boleh fikir susah senang,
Allah kasi nikmat kenapalah aku tak kenang,

Apasal laa.....

aku malas sembahyang,
Tengok TV, main bola aku sanggup sampai petang,
Beli tiket konsert, bayar time shopping aku sanggup beratur panjang,
Ingat masuk syurga masuk neraka boleh main hutang-hutang? !!

Apasal laa.....

aku malas sembahyang,
Aku kena ingat umur kita bukannya panjang,
Pagi sihat entah petang nanti dah kejang,
Nanti dalam kubur kena balun sorang-sorang.

Apasal laa.....

aku malas sembahyang,
Seksa neraka cubalah aku bayang,
Perjalanan akhirat memang terlalu panjang,
Janji Allah Taala akan tertunai tak siapa boleh halang!!!

Apasal haa......???

p/s: fikir-fikirlah, renung-renungkan ~~

Sumber : LDK Rakan Masjid

Rabu, 16 Jun 2010

AKU INGIN JADI KEKASIH HALALNYA

“Saya sayang awak. Sungguh, saya tak tipu.” Lia membalas, “Ok. Saya pun sayangkan awak. Cinta awak. Mulai hari ini, kita dah jadi pasangan tau.” Aku membalasnya dengan kata-kata yang sama. Aku ketawa gembira dalam hatiku.

Haha..senang saja nak ‘tackle’ budak perempuan si Lia ni..cepat cairlah katakan..haha..lepas ni giliran si Fiona pula..tunggulah kedatanganku di Café nanti..kau pula jadi mangsa ‘couple’ aku..haha

“Awak, kita ‘couple’ nak tak? Kita dah lama kawan kan..apa salahnya kalau kita maju ke depan lagi.” Fiona senyum sambil berkata, “Lama saya tunggu awak cakap macam ini tau. Hehe. Saya terima awak. Tapi, ‘girlfriend’ awak tak marah ke?” Hatiku tergelak besar. “Haha. Saya mana ada ‘girlfriend’, semua tu kawan saja. Mereka saja yang anggap saya ni ‘boyfriend’ mereka. Saya sayang awak seorang saja. Percayalah.” Fiona gembira mendengar pengucapan dusta dari bibirku, “Terima kasih Sayang. Saya pun sayang awak seorang saja. I love you.” “I love you too.” Balasku sambil hatiku tergelak besar.

Yes..Fiona pun dah dalam tangan..senang kerja-kerja ‘assignment’ aku lepas ni..suruh ‘girlfriend-girlfriend’ aku yang buatkan..haha..tapi, baru dua..tak cukup lah..aku nak tambah lagi dua..biar cukup empat..nak ikut sunnah..haha..mesti best nak ‘tackle’ budak-budak perempuan UIA ni lagi..harap saja belajar agama, tapi, layan lelaki juga.. haha.. jangan haraplah aku nak buat jadi isteri kalau perangai tak ubah macam ‘playgirl’..haha

“Betul, awak seorang saja wanita kesayangan saya. Saya tak tipu.” Melissa membalas renungan mata buayaku sambil berkata, “Ya. Saya percaya awak. Saya pun sayangkan awak. Awaklah satu-satunya lelaki idaman hati saya.”

Haha..aku berjaya lagi..tinggal lagi satu saja..Saira orang yang bertuah itu..haha..

“Sai, saya cintakan awak. Sudi tak awak jadi pasangan saya? Saya betul-betul dah jatuh hati dan gila bayang pada awak.” Sai tersenyum tanda setuju untuk menjadi pasanganku. “Hanif, saya terlebih sudi untuk jadi pasangan awak sebab itulah impian gadis-gadis di sini termasuk saya.” Sai ingin memegang tanganku tetapi cepat-cepat aku tepis kerana aku tahu itu satu dosa. Tak ingin aku nak menggatal dengan perempuan murahan macam tu!

Menggatal betullah Saira ini..biasalah tu..perempuan..haha..aku lelaki buaya pun tahu pegang-pegang tangan itu satu dosa, inikan lagi muslimah-muslimah UIA..haha..dalam UIA muslimah, luar UIA semua nak tayang..tudung pun dah hilang..fikir aku nak sangat ke budak-budak tu? Haha..jangan harap..semua nak harta ayah aku saja..materialistik! jangan haraplah..aku nak yang suci dalam debu..mawar berduri..barulah namanya muslimah..bukan macam Lia, Fiona, Melissa dan Saira tu..menggatal saja lebih, muslimahnya hampeh..haha

“Hanif, kau apa khabar? Assignment kau dah siap ke? Wah..makin kacak aku tengok kau sekarang ini! Patutlah ramai budak-budak perempuan minat dekat kau. Haha.” Usik Shahrizal, rakan sekelasku, ketika pensyarah belum masuk lagi. Aku tergelak lalu berkata, “Haha..aku sihat. Assignment aku selalu siap sebab ada empat pembantu setia di sisi yang membuatkannya siap. Haha..aku memang sentiasa kacak macam kau juga. Haha..” Kami sama-sama tergelak. “Hanif, kau tahu tak ada budak perempuan baru yang akan masuk dalam kelas kuliah sebelah kita ini. Dengar cerita, cun melecun budaknya. Tak nak cuba nasib ke? Hehe..tapi…” “Betul ke Rizal? Kalau kau dah kata cun, aku mestilah nak mencuba nasib..mesti dapat punyalah..haha..tapi apa?” Shahrizal menjawab, “Aku dengar dia tu susah sikitlah nak layan lelaki sebab dia tu macam mawar berduri. Muka tak pernah nak senyum dengan lelaki. Semalam aku sajalah nak tegur dia. Dia buat tak tahu saja. Muka tak nak pun senyum dengan aku. Muslimah betullah beb..ada peluang ke kau? Perempuan ni susah sikit.. Haha..” Aku mengerutkan dahi sambil berkata, “Erm..nampak macam susah saja. Tapi aku ni lainlah, kau tak sekacak aku. Manalah muslimah tu nak pandang kan..Haha..Aku akan pastikan yang aku dapat ‘tackle’ dia juga. Kau tengok sajalah. Ini Hanif Al-Radzi tau, bukan calang-calang lelaki. Belum ada perempuan lagi yang pernah tolak cinta pura-pura aku ni..haha” Shahrizal tersenyum sinis sambil berkata, “Tapi, budak perempuan yang seorang ni lainlah beb. Tak sama! Apa-apa pun, aku ucapkan semoga berjayalah kau nak ‘tackle’ dia.” Aku membalas, “Yang tak sama itulah yang aku nak. Bukan perempuan-perempuan yang jual murah sangat tu. Haha..Ok, aku akan cuba buktikan pada kau yang aku boleh.” Aku nekad untuk ‘tackle’ muslimah yang dikatakan Shahrizal sebentar tadi untuk membuktikan kelelakian aku.

“Assalamualaikum saudari.” Aku cuba untuk berbual dengannya sewaktu rehat sudah bermula. “Waalaikumussalam.”

Yes.. ‘line clear’ punya. Ada peluang ni..Haha..

“Saya….” Belum sempat aku nak habiskan ayat perkenalan aku, dia dah pergi. Macam tu saja? Tak pandang aku langsung! Apatah lagi nak senyum! Tak patut betullah budak perempuan ni! Ish..!! Memang betullah apa yang Shahrizal cakap dekat aku. Tapi, aku takkan putus asa. Aku akan pastikan juga yang aku dapat ‘tackle’ kau! KRING!! KRING!! Telefon bimbitku membingitkan gegendang telingaku! Panggilan dari Fiona. Ah, malaslah aku nak layan! Buang masa aku saja. Perempuan-perempuan tu dah tak penting dan tak pernah pun penting dalam hidup aku. Yang penting sekarang, aku kena fikir cara nak ‘tackle’ budak perempuan tadi tu! Erm..

Cun juga budaknya. Pakaian yang budak perempuan tu pakai memang menyejukkan mata aku. Jubah labuh berwarna merah dan tudung labuh hitam. Memang sejuk mata aku memandang. Tapi, betul ke dekat luar UIA ni dia macam tu juga? Kalau betullah dia muslimah yang sejati, aku takkan lepaskan dia. Susah nak cari isteri yang sebegitu solehah macam dia zaman sekarang ni. Mungkin, aku dah jumpa calon isteri aku. Haha..

HANIF!! Siapa pulalah yang menjerit memanggil nama aku ni. Aku memusingkan sedikit kepalaku. Oh, Shahrizal rupanya. Memekak saja!

Dalam keadaan tercungap-cungap keletihan berlari, Shahrizal berkata padaku, “Wei, ‘girlfriend-girlfriend’ kau semua cari aku tanya fasal kau. Aku penatlah asyik nak menjawab jawapan yang sama saja tiap-tiap hari. Boleh jadi gila kepala otak aku ni.” Dengan muka yang tak begitu ceria, aku membalas, “Alah, kau bagi sajalah apa-apa alasan pun asalkan aku tak jumpa dah dengan perempuan-perempuan tu. Mengganggu ketenteraman hidup aku saja!” Rizal ketawa lalu berkata, “Tak sampai sebulan lagi takkan kau dah bosan kot. Cun apa pasangan-pasangan kau tu. Siapa suruh kau tamak nak sekali empat? Padan muka! Dahlah semuanya tergila-gilakan kau. Haha..” Aku hanya mampu berkta, “Aku tak kisahlah kau nak cakap apa Rizal, yang pastinya, aku tak nak fikir dah fasal perempuan-perempuan tu. Bukan tergila-gilakan aku, tapi tergila-gilakan harta ayah aku saja! Kalau kau nak semua pun, aku tak kisah dah. Percuma aku bagi kau. Puas? Dahlah, aku penatlah, nak keluar pergi café sekejap.” Aku terus pergi menuju ke café tanpa mempedulikan Rizal lagi. Fikiran aku betul-betul celaru sekarang ni. Aku betul-betul nak berkenalan dengan budak perenpuan muslimah kelmarin yang aku jumpa tu. Tolonglah muuncul wahai muslimah idamanku…

Terpana mataku memandang gadis yang berdiri di hadapan pintu café tu. Budak perempuan muslimah itulah! Wow! Ada peluang ni. Gaya macam dia tengah tunggu seseorang. Bolehlah aku ambil kesempatan masa yang ada ni. Haha..

“Assalamualaikum saudari.” Seperti biasa, dia menjawab salamku. Aku memperkenalkan terus diriku sebelum dia pergi seperti kelmarin. Melepas aku nanti. “Saya Hanif Al-Radzi, kelas Ustaz Zahar. Awak pelajar yang baru masuk 3 hari lepas tu kan? Kita pernah jumpa sebelum ni di kantin. Ingat tak?” Dengan muka yang sedikit pelik, dia berkata, “Ooo..Ya, saya pelajar baru di sini. Saya tak berapa nak ingatlah. Kawan saya dah datang tu. Minta diri dulu. Salam.” Alamak, dia dah nak pergi pula. Aku cepat-cepat bertanya padanya, “Nama awak..?” Dia hanya menggelengkan kepalanya dan terus berjalan menuju ke arah sahabatnya itu tanpa menghiraukan pertanyaan aku. Geramnya!!

Eh, aku kenallah kawannya tu. Lina Ziana rupanya. Senanglah aku nak tanya fasal perempuan muslimah tadi tu. Haha.. Betul-betul mencabar kelelakian akulah perempuan muslimah tu. Tak layan aku langsung! Pandang aku pun tak! Pandang sekali lepas tu dia terus alihkan pandangan dia. Tak kacak ke aku pada dia? Erm..Lina mesti kena tolong aku. Dah jumpa satu jalan. Yes!!

Semasa Lina Ziana sedang berjalan sendirian di kantin, aku cepat-cepat berlari ke arahnya dan menjerit namanya. “Lina! Lina!” Lina Ziana terperanjat dan pusing ke belakang. “La..kau Hanif. Aku ingatkan orang gila manalah tadi yang menjerit-jerit nama aku. Haha. Apa mimpi kau ni tiba-tiba saja cari aku?” Aku menarik nafas panjang-panjang dahulu sebelum menjawab pertanyaannya kerana masih mengah dengan larianku tadi. “Kau kawan dengan budak perempuan yang baru masuk tu ya?” Lina mengerutkan dahinya sambil tersenyum sinis padaku lalu berkata, “Iyalah, kenapa kau tanya? Nak berkenalanlah tu kan. Dah agak dah. Kau ni perangai masih tak berubah. Apalah nak jadi. Jangan haraplah kawan aku tu nak dekat kau kalau perangai ‘playboy’ kau tu masih ada dalam diri kau. Sedarlah. Dia tu bukan perempuan-perempuan ‘taste’ kau lah. Tak payahlah kau nak menyibuk! Dia takkan layanlah lelaki macam kau ni.”

Aku selamba menjawab, “Eleh, kenapa pula kau cakap macam tu? Kau tak tahu apa-apa diam. Aku dah berubahlah. Aku nak tanya kau! Pernah ke dalam dua minggu ni kau nampak aku keluar makan dekat café dengan perempuan-perempuan tu?” Lina Ziana cepat-cepat menggelengkan kepalanya kerana itulah kebenarannya. Aku menyambung lagi, “Tau pun. Kalau kau nak tahu, budak perempuan baru tu lah yang ada semua ‘taste’ yang aku nak. Dialah satu-satunya gadis idaman pilihan hati aku. Haha. Tolonglah aku ya. Siapa nama dia? Aku dah cuba banyak kali tapi tak dapat-dapat. Tolonglah.” Lina Ziana hanya tersenyum sambil berkata padaku, “Telinga aku ni salah dengar ke? Si Raudhatus Sakinah tu ciri-ciri wanita idaman lelaki ‘playboy’ macam kau ni? Haha. Kau jangan buat lawak boleh tak? Dia tu lain ok! Dia tak sama! Untuk pengetahuan kau, ‘playboy’ hanya layak berpasangan dengan ‘playgirl’ sajalah. Lupakanlah niat kau nak dekat dengan Sakinah tu. Dia tu ustazah, sesuai dengan ustaz saja, bukan ‘playboy’.” Aku tersenyum sedikit kerana kini, aku sudah pun tahu siapa nama si dia yang mengganggu hatiku. Haha. “Kau boleh cakap apa sajalah Lina. Aku tak kisah. Yang penting, nama dia aku dah tahu. Kalau ada apa-apa lagi nanti, aku akan minta pertolongan kau. Boleh kan? Hehe. Cuma, peringatan bagi kau. I’M NOT A PLAYBOY ANYMORE OK! Understand? Assalamualaikum!” Aku terus pergi dari situ dengan satu senyuman. Aku langsung tak ambil hati dari kata-kata Lina Ziana tadi kerana aku berasa gembira dengan jawapannya tadi.

Gadis idaman kalbuku, kini aku sudah tahu namamu. Raudhatus Sakinah. Aku akan cuba memikat pemilik nama itu untuk menjadi permaisuri hidupku. InsyaAllah.

Aku termenung sendirian di dalam bilik sambil menyiapkan ‘assignment’ aku. Tiba-tiba, Shahrizal masuk. Dia memberi salam padaku. Aku menjawabnya dengan nada gembira. “Hanif, kau macam dah berubahlah. Aku dah tak nampak pun kau keluar ‘dating’ kat café tu. Kau asyik memerap dalam bilik saja. Sibuk betul kau nak siapkan ‘assignment’ kau tu. Selalunya, ‘girlfriend-girlfriend’ kau yang buatkan. Kenapa tiba-tiba kau yang buat pula? Perenpuan-perempuan tu dah pencen ke? Haha.” Aku tersenyum, “Kau ni Rizal, aku ‘dating’ kau ceramah aku. Aku tak ‘dating’ pun kena ceramah juga ke? Haha. Perempuan-perempuan tu semua dah pencen. Aku dah pecatlah. Haha. ‘Assignment’ aku, biarlah aku yang buat sendiri kan. Kau baru balik dari mana ni? Surau?” Shahrizal menjawab dengan penuh girang, “Alhamdulillah. Kawan aku ni dah berubahlah. Bagus! Istiqamah tau. Hehe. Ha’ah. Aku dari surau. Tadi ada tazkirah daripada budak perempuan baru tu. Ramai betul yang kagum dengan dia. Ada ciri-ciri ustazah. Itu yang aku balik lambat sikit, tunggu tazkirahnya habis.” Mata aku terbeliak besar. “Betul ke ni Rizal? Budak perempuan tu bagi tazkirah? Mesti Ustaz Zahar yang suruh kan. Ruginya aku tak datang. Esok kita pergi surau sama-sama nak tak? Lama betul rasanya aku tak ziarah surau kita tu. Rindu pula rasanya.” Shahrizal menggelengkan kepalanya dan berkata, “Eh Hanif, bukan ke kau ni kaki lepak dekat café? Sejak bila pula tiba-tiba nak pergi surau ni? Mesti nak menggatal dengan budak perempuan baru tu kan. Haha. Takkan dapatlah. Dia tu muslimah betul, kau tu, muslim pura-pura saja. Tapi, aku tetap rasa gembira dengan perubahan kau ni. Mesti ada udang di sebalik batu kan? Cerita sajalah. Macamlah aku ni baru kenal kau.” Aku tersenyum saja dan memberitahu Shahrizal perkara sebenar. Shahrizal juga tersenyum gembira untukku. Dia juga berkata seperti Lina Ziana, ustazah hanya layak berpasangan dengan ustaz, bukan ‘playboy’!

Raudhatus Sakinah, akanku usahakan diriku untuk menjadi lelaki pilihanmu yang terbaik. Aku selalu nampak dia di café. Dia banyak menghabiskan waktunya dengan mengaji. Al-quran comel berwarna merah sering dibawanya ke mana saja dia pergi. Aku memang kagum dengan dia. Aku tak pernah nampak dia ‘dating’. Bila di luar pun, dia tetap dengan imej muslimahnya. Itulah yang aku suka. Betul kata Shahrizal dan Lina Ziana, dia tak sama. Dia lain. Kelainan itulah yang membuatkan aku tertarik padanya. Kebaikan dia, kesolehan dia, ketaatan dia dan kesopanan dia. Berjayakah aku untuk memetik mawar berduri itu? Ya Allah, aku takkan berjaya tanpa bantuanMu. Bantulah aku, ya Allah. Aku bertaubat padamu atas segala dosa dan kesalahanku kerana lalai terhadapMu.

Malamnya, aku bangun untuk bersujud padaNya. Aku berdoa agar diampunkan segala dosa-dosaku. Selama ini memang aku lalai mengingatiNya.

Di atas hamparan sejadah suci

Hamba menadah kedua telapak tangan ini

Bagi memohon keampunan dan rahmat dariMu

Agar diberikan hamba hidayah serta taufiqMu

Supaya tidak tersimpang hamba dari jalanMu…


Hati hamba merasa hambar dan sunyi

Tanpa iman dan semangat taqwa dalam hati

Jiwa hamba kosong dan takkan berisi

Melainkan dengan redha Yang Maha Mengetahui

Yang menemukan hamba dalam bingkisan restu Yang Maha Mengasihani…

Saat tasbih mengisi ruang kosong di jari-jari

Mulut dan hati hamba bersatu berzikir mengingat ILAHI

Jiwa hamba terisi dengan munajat di malam hari

Diri ini hamba abdikan buat Pencipta langit dan bumi

Moga dosa-dosa lampau dapat dihapusi dan diampuni…


Kening ini hamba rapatkan di atas hamparan murni

Sujud dahi hamba mencecah ke bumi

Tanda syukur hamba akan kebesaran ILAHI

Tidak terukur nilai cintaMu yang tinggi

Tidak terhitung nilai kasihMu yang bertambah setiap hari…


Ya Rabbul Izzati…

Sudikah Kau menerima cinta hamba yang hina dengan longgokan dosa ini??

Semoga keampunan mendapat tempat untuk hamba yang sering lupa diri

Semoga rahmatMu sentiasa hadir menemani

Agar kehidupan duniawi dan ukhrawi hamba diredhai …


Hamba amat mendambakan cinta dariMu

Hamba juga mengharapkan pertemuan denganMu

Diri hamba ini dahaga akan belaian kasihMu

Hamparan sejadah suci hamba buktikan padaMu

Sujud cinta hamba hanyalah untuk Tuhan yang berkuasa di atas segala sesuatu…

Aku selalu mohon pada Ilahi agar aku mendapat jodoh dengan insan pilihanNya. Aku ingin cintaku dekat denganNya. Aku ingin mendapat bimbinganNya dalam melayari kehidupan bahagia yang ku idamkan.

Dalam mencari sebuah hikayat cinta

Hati yang tulus murni amat sukar ditemui

Sukar mencari jiwa yang menerima seadanya

Cinta manusia hanyalah pinjaman di duniawi

Cinta ILAHI jualah yang kekal selamanya

Hanya insan terpilih akan memiliki cinta sejati di uhkrawi…


Hadirkanlah dalam cerita hidupku

Seorang insan bernama teman

Yang sentiasa berada di dalam doaku

Bersama diriku menempuh onak perjuangan

Rela sehidup semati dalam pimpinan agamaMu

Agar dapat merasakan kemanisan iman…


Temukanlah aku dengan cinta yang mencintaiMu

Cintakanlah hatiku dengan cinta yang merindui syahid fisabilillah

Bukan cinta yang berlandaskan hawa nafsu

Kerana syaitan akan menjadi pemisah

Antara cinta hakiki dan cinta palsu

Yang hanya menyebabkan hati terbelah dan berpecah…


Berilah hatiku kekuatan dan ketabahan

Dalam mencari cinta seorang insan

Bersenjatakan kekebalan iman

Berperisaikan doa dan kesabaran

Dalam mengahadapi dunia yang penuh kepura-puraan

Menjadi sebuah permainan hidup yang mensia-siakan…


Satukanlah hatiku ini dengan sekeping hati murni

Yang membawa aku ke arah jalan kebenaran ILAHI

Yang bisa menjadi bukti lafaz cinta suci

Pada pandangan ALLAHURABBI

Agar berkekalan hingga ke syurga abadi

Dan berbahagia di taman indah firdausi…


Bisakah dicari dalam dunia yang fana’ ini

Seorang teman hidup idaman hati

Yang memiliki keteguhan iman yang tinggi

Dan mempunyai hati yang tulus suci

Serta kaya dengan budi pekerti dan akhlak terpuji

Dalam menghulurkan cinta sejati???

Semoga cinta yang sejati akan ku temui

Semoga hari itu akan menjadi saksi

Pertemuan dua hati murni di hadapan ILAHI

Di depan pintu gerbang syurga hakiki dan abadi…

Hari-hariku berlalu dengan perkara-perkara yang berfaedah. Aku sudah biasakan diri dengan mengaji, solat berjemaah di surau bersama Shahrizal setiap kali masuk waktu solat dan mendengar tazkirah-tazkirah serta menghadiri majlis-majlis ilmu.

Suatu hari, aku dipanggil oleh Ustaz Zahar untuk menyampaikan tazkirah selepas solat Isyak. Aku menerima tugasan itu dengan hati yang terbuka dan bahagia. Alhamdulillah, akhirnya aku diberi peluang untuk menjadi Ustaz Hanif. Hehe. Aku memulakan tazkirahku dengan hadis-hadis Nabi. Aku memberi tazkirah tentang Hari Kiamat. Dalam aku memberi tazkirah kepada orang, pada masa yang sama, aku juga sedang mengingatkan diriku. Aku bersyukur kerana aku kini sudah berubah kepada yang lebih baik. Lina Ziana pernah berjumpaku dan berkata, “Hanif, sekarang aku kagum dengan kau. Kau memang dah berubah. Kau dah buktikan. Tahniah. Semoga berjaya cita-cita kau nak memenangi hati Ina. Hehe. Aku doakan.” Aku terharu bercampur bahagia dengan kata-katanya. Amat bermakna bagiku. Adakala, aku terpandang wajah tenang Raudhatus Sakinah saat aku sedang memberi tazkirah. Dia memberi sepenuh penumpuannya pada tiap-tiap tazkirah. Aku ingin menemuinya sebentar apabila balik dari surau nanti. Ada sesuatu yang ingin aku beri padanya.

“Raudhatus Sakinah!” Langkahnya terhenti apabila nama manisnya dipanggil. “Assalamualaikum Raudhatus Sakinah.” Dia membalas ucapan salamku, “Waalaikumussalam Hanif Al-Radzi.” Aku tersenyum lalu berkata, “Sebenarnya, saya ada hal nak cakap dengan awak. Semua hal-hal yang ingin saya katakan pada awak ada dalam surat ini. Harap awak baca sampai habis dan tolong jangan buang surat ini. Lagi dua minggu akan ada Konvoi UIA, harap dapat jumpa awak lagi. Assalamualaikum.” Dia menjawab ringkas, “InsyaAllah, saya akan baca. Waalaikumussalam, Lina pun tengah tunggu saya tu.” Kami sama-sama pergi menuju ke destinasi masing-masing. Aku menarik nafas lega setelah memberinya surat itu. Surat itu aku tulis khas untuk menyuntingnya.

Assalamualaikum saudari Raudhatus Sakinah..

Maaf kerana mencuri masa saudari. Saya cuma ingin memberitahu saudari sesuatu. Mungkin dulu ramai yang mengenali saya sebagai seorang lelaki yang ‘playboy’. Mungkin termasuk juga saudari kerana Lina Ziana adalah rakan saya juga. Mungkin dia ada bercerita tentang saya pada saudari. Tapi, itu semua tiga bulan yang lepas. Hidup saya terus berubah dengan kehadiran saudari. Allah telah menganugerahkan saya hidayah. Saya kembali bertaubat padaNya. Saya terpikat dengan imej muslimah yang menjadi identiti hidup saudari. Memang susah ingin mencari yang solehah. Walaupun UIA, masih ramai lagi pelajarnya yang di luar sana tidak menutup aurat. Di dalam UIA, bertudung. Tapi, bila berada di luar, tudungnya hilang. Tidak ada rasa malu tapi berasa megah dengan menayangkan aurat-aurat mereka.

Sikap saya berubah sejak saya mula mengenali saudari melalui tazkirah-tazkirah di surau, blog saudari dan daripada rakan saudari sendiri, Lina Ziana. Saya ingin menjadikan saudari sebahagian dari hidup saya. Saya pasti, saudari faham maksud saya. Saya telah pun berbincang dengan kedua ibu bapa saya. Mereka tiada halangan. Cuma sekarang, saya ingin bertanyakan pada saudari. Jika saudari setuju, insyaAllah selepas habis belajar hujung bulan ini, saya akan pergi ke rumah saudari untuk berjumpa dengan kedua ibu bapa saudari. Saya tahu hukum-hukum agama. Memang dulu saya lalai dan asyik hendak berseronok saja. Mungkin sebab itulah saya digelar ‘playboy’. Asyik sangat dengan perempuan. Tapi, itu semua sejarah saya. Saya tak pernah pegang tangan-tangan yang cuba menggoda saya. Baru sekarang saya mula mendalami hukum-hukum agama. Allah memerintahkan agar menundukkan pandangan dalam surah An-Nur, ayat 30 hingga 31.. Patutlah saudari selalu menundukkan pandangan ketika berdepan dengan saya. Baru kini saya faham. Islam tidak pernah ajar kita tentang bercinta atau ‘couple’ sebelum nikah. Perkara itulah yang sering saya lakukan dulu. Tapi sekarang, tidak lagi! Saya takkan buat! Saya hanya ingin merasai nikmat cinta halal yang mendapat redha Allah iaitu cinta selepas nikah. Sebab itulah saya nak jadi kekasih halal saudari. Saya mohon saudari balaslah surat saya ini dengan jawapan YA atau TIDAK. Saya menghormati apa pun jawapan yang bakal saudari berikan. Wassalam.

Ingin menjadi kekasih halal Raudhatus Sakinah,

-Hanif Al-Radzi-

Setiap hari, aku menunggu pembalasan surat daripada dia. Sudah seminggu suratku itu tidak berbalas. Pembelajaranku akan berakhir pada hujung bulan ini. Ada lagi seminggu saja. Dua minggu lagi akan ada Konvoi. Aku ada kejutan untuk dia. Aku ikhlas ingin jadikannya permaisuri hidupku. Aku akan terus bersabar menunggu jawapan daripadanya. Semua ini memerlukan masa.

“Lina, Raudhatus Sakinah ada cerita apa-apa tak dekat kau? Aku dah lama tak nampak dia. Ada apa-apa yang berlaku ke dekat dia? Hari ini hari terakhir aku. Lagi dua minggu barulah kita jumpa lagi,insyaAllah.” Muka Lina Ziana tidak ceria seperti selalu. Dia nampak sedih dan muram saja. “Hanif, aku sokong kalau kau nak kahwin dengan dia. Tapi, aku tak tahulah apa jawapan dia. Dia sekarang ni memang sibuk sikit. Minggu ni kan dia semester terakhir. InsyaAllah kalau umur ada lagi, nanti kita jumpa di Konvoi. Aku akan pergi dengan Ina. Jangan risau.” Lina Ziana cuba mengukir senyuman. Aku mengucapkan salam padanya dan beredar dari situ. Aku ingin berjumpa dengan sahabat karibku pula, Shahrizal.

“Rizal, jaga diri baik-baik. InsyaAllah nanti kita jumpa lagi di Konvoi. Kau memang kawan baik aku yang terbaik. Hehe. Aku nak balik dah ni. Assalamualaikum.” Aku menyalaminya dan tergesa-gesa beredar dari situ kerana teksi sudah menunggu. Hatiku terasa berat untuk pergi. Kakiku juga seakan membeku tidak mahu berganjak meninggalkan seseorang. Aku kuatkan juga hatiku. Aku percaya pada Allah. Andai aku dan dia punya jodoh, kami pasti akan bertemu lagi. InsyaAllah. Selamat tinggal UIA. Selamat tinggal Raudhatus Sakinah. Semoga umurku panjang untuk bertemu denganmu lagi.

Hari ini, genaplah dua minggu aku meninggalkan UIA tercintaku. Aku masih tertanya-tanya kenapa Raudhatus Sakinah masih belum membalas suratku. Tapi, aku tetap akan menanti jawapan darinya. Aku sedang bersiap-siap ingin mengikuti Konvoi UIA di Taman Seri Cahaya, Shah Alam hari ini. Semoga aku dapat bertemu dengan dia.

Setelah semua orang datang, kami berkumpul di satu tempat khas. Lelaki dan perempuan duduk berasingan. Mereka hanya duduk di atas tikar yang di bawahnya rumput. Kami berkelah sambil berjumpa dengan kawan-kawan lama. Alhamdulillah, Raudhatus Sakinah datang. Dia bersama dengan Lina Ziana. Mukanya agak lain. Pucat dan bibirnya kering. Kenapa ya? Aku asyik bertanya pada diriku sendiri.Tanpa melengahkan masa, Shahrizal menjemputku untuk menghiburkan rakan-rakan yang datang. Mereka membawa radio yang boleh dipasang CD. Aku meminta Shahrizal memasangkan nada lagu ‘Kekasih Halal’ daripada kumpulan Wali Band. Di saat itu, berdebar hatiku ingin menyanyi lagu tersebut.

“Lagu yang bakal saya nyanyikan ini adalah khas buat si dia yang bertudung merah. Dengarkanlah.” Semua mata yang ada di situ memandang ke arah Raudhatus Sakinah. Hanya dia seorang yang memakai tudung labuh merah seperti yang dimaksudkanku. Dia terkejut dan mukanya mula merah kerana tersipu-sipu malu. Aku mula menyanyi.

Lagu ini ku nyanyikan khas buatnya kerana mempunyai maksud yang ingin aku sampaikan padanya. Aku harap dia akan membalas suratku.

Selesai saja aku menyanyi, satu tepukan gemuruh berkumandang. Aku melihat ke arah Raudhatus Sakinah. Dia hanya mampu tersenyum. Bibirnya nampak kering. Mungkin keadaan panas menyebabkan bibirnya kekeringan. Dia duduk bersama teman-temannya. Sedang aku asyik perhatikan dia, aku terlihat satu cecair merah mengalir melalui hidungnya. Darah! Dia sakit ke? Atau keadaan panas yang menyebabkannya jadi begitu? Aku nampak dia cepat-cepat mengelap darahnya itu supaya tidak dikesan oleh sesiapa. Tapi, dia gagal kerana aku telah berjaya mengesannya! Risau hatiku dibuatnya. Ya Allah, bantulah dia.

Saat semua orang sedang leka menikmati hidangan makanan BBQ, tiba-tiba kecoh ada orang pengsan, perempuan. Aku cuba melihat siapakah orangnya? Tapi, kesemua perempuan mengerumuninya. Aku terdengar mereka menyebut-nyebut nama Ina. Adakah yang pengsan itu Raudhatus Sakinah? Tak mungkin! Aku inginkan kepastian daripada Lina Ziana. Aku memanggil namanya dengan nada yang agak kuat kerana suasana amat bising pada waktu itu.

“Lina, siapa yang pengsan tu?” Dengan muka yang serba salah dan sedih, dia memberitahuku, “Ina pengsan tiba-tiba tadi. Aku dah suruh Syafira dan Ainul hantarkan dia ke hospital dengan segera. Sebenarnya dia….” Sengaja Lina Ziana memberhentikan cakapnya itu. “Sebenarnya dia apa? Cakaplah!!” Sambil mengalirkan air matanya, dia berkata, “Ina menghidap penyakit buah pinggang. Ada sejenis bakteria merbahaya membiak dalam buah pinggangnya. Doktor kata, dia kena buat pembedahan secepat mungkin untuk membuang virus merbahaya itu sebelum bacteria tu merebak dan meragut nyawanya. Tapi, kos pembedahannya terlalu mahal sampai dia sendiri tak mampu nak bayar. Mungkin sebab dia tahu dia takkan hidup lama, dia tak balas surat lamaran kau tu. Maafkan aku sebab tak beritahu kau awal-awal perkara ni. Dia tak benarkan aku cerita perkara sebenar dekat kau.” Air mata lelakiku tidak dapat ditahan lagi. Menitis juga akhirnya. “Kenapa dia nak sorokkan perkara besar macam ni? Aku nak pergi ke hospital sekarang. Jom!” Aku, Shahrizal dan Lina Ziana menaiki kereta masing-masing menuju ke hospital di mana Raudhatus Sakinah ditempatkan.

Sampai saja di hospital, aku terus bertemu dengan Syafira dan Ainul yang membawa Raudhatus Sakinah ke sini. “Ainul, Fira, macam mana keadaan Raudhatus Sakinah? Doktor ada cakap apa-apa tak?” tanyaku dengan nada kerisauan. “Doktor tengah tunggu ibu bapa Ina datang. Kami dah maklumkan. Ina sekarang ada dekat bilik ICU. Keadaannya kritikal.” Aku bertanya lagi dengan nada yang agak kurang puas hati, “Kenapa tak mulakan pembedahan lagi? Kata keadaannya kritikal!” Doktor menuju ke arahku dan berkata, “Bertenang semua. Pihak kami hanya akan mulakan pembedahan jika ibu bapa pesakit bersetuju dengan bayaran yang telah ditetapkan.” Aku bertanya, “Berapa bayarannya doktor?” Doktor menjawab, “RM 135,255 semuanya.” Semua orang yang ada di situ resah kerana bayarannya terlalu mahal. “Baiklah, saya setuju. Biar saya yang tandatangan. Mungkin ibu bapanya lambat lagi nak sampai.” Doktor segera menyerahkan dokumen yang perlu aku tandatangani dan segera mulakan pembedahan.

Satu jam kemudian, barulah ibu bapa Raudhatus Sakinah sampai. “Pakcik, makcik, saya dan tandatangankan dokumen pembedahan Raudhatus Sakinah. Janganlah risau ya. InsyaAllah, semuanya selamat.” Aku berkata pada kedua ibu bapanya.

Ayahnya, Hamidi bertanya padaku, “Berapa kos pembedahannya?” Aku menjawab, “RM 135,255.” Pakcik Hamidi tiba-tiba seperti sesak nafas mendengar kos tersebut. Aku cepat-cepat memberitahunya bahawa semua kos pembedahan Raudhatus Sakinah, aku yang akan tolong bayarkan. Pakcik Hamidi terharu bercampur pelik. “Anak ni siapa? Pakcik tak nak orang lain susah disebabkan anak pakcik.” Aku menjawab, “Saya kawan dia. Tak menyusahkan pun pakcik. Lagipun, saya memang bercadang hendak berjumpa dengan pakcik. Saya nak meminang anak pakcik. Saya jujur dan ikhlas ingin membantu.” Dengan riak muka terharu, pakcik Hamidi berkata padaku, “Alhamdulillah, pandai si Sakinah tu cari calon suami. Pakcik dan makcik ni restu kalau kamu nak kahwin dengan anak pakcik. Sejuk mata pakcik tengok kamu. Kamu ni ustaz ke?” Aku tersenyum girang mendengar kata daripada bakal bapa mertuaku itu. “Saya bukan ustaz. Saya belajar di UIA juga. Sama dengan Raudhatus Sakinah.” Kami sempat berkenalan lebih lanjut. Dia banyak bertanya tentangku. Perbualan kami terhenti apabila doktor keluar daripada bilik ICU setelah dua jam setengah berada di dalam.

“Doktor, macam mana dengan dia?” Aku terus bertanya pada doktor tersebut. “Alhamdulillah, saat-saat kritikal pesakit sudah lepas. Pesakit stabil sekarang. Hanya keluarga terdekat saja yang boleh ziarah pesakit waktu sekarang ini. Bayaran boleh dilakukan di kaunter. Pesakit boleh pulang dalam masa tiga hari lagi. Saya pergi dulu. Ada pesakit lain menunggu. Assalamualaikum.” Hatiku lega mendengar jawapan doktor itu. “Alhamdulillah, terima kasih doktor. Bayaran saya akan buat sebentar lagi. Waalaikumussalam.” Aku mempersilakan ayah dan ibu Raudhatus Sakinah masuk ke biliknya terlebih dahulu. Aku ingin membuat pembayaran di kaunter. Aku mengajak Shahrizal bersamaku.

“Hanif, kau betul-betul pemurah dan baik hati. Kau tak berkira pun. Mahal pun kau sanggup bayar. Itu yang buat ibu bapa Ina terima kau jadi menantu. Hehe. Tahniah!” Aku tergelak, “Haha. Aku ikhlaslah Rizal. Aku tak mengaharapkan balasan pun. Raudhatus Sakinah tak materialistik. Sebelum ni pun, dia tak tahu lagi yang aku ni anak Datuk. Kita banyak harta pun, kalau sombong dan tak bantu orang yang perlukan pertolongan, apa guna? Nanti Allah tarik balik rezeki kita. InsyaAllah, kalau ada jodoh, aku kahwinlah dengan dia. Hehe. Kau jangan lupa datang. Tapi, dia masih belum membalas surat aku. Aku masih menanti jawapan daripada dia. Aku nak jadi kekasih halal dia!” Rizal menenangkan aku, “Sabarlah. Aku pasti dia terima kau lah. Dia pun nak jadi kekasih halal kau juga. Hehe. Belum pernah aku tengok kaki lepak dan ‘playboy’ macam kau ni berubah jadi ustaz yang warak’ macam ni. Ina berjaya membuat kau berubah. Alhamdulillah.” Aku membalas, “Alhamdulillah.”

Seminggu pun berlalu, sudah lebih kurang empat hari Raudhatus Sakinah keluar dari hospital. Aku belum pernah lagi menjenguknya. Semasa hari dia dimasukkan, aku tidak sempat hendak menziarahnya kerana kesibukan yang melanda diriku. Aku masih menunggu jawapan daripadanya. YA atau TIDAK bakal menentukan sama ada aku jodoh dia atau sebaliknya.

Sedang aku asyik mengelamun, tiba-tiba, telefon bimbitku berdering. Nombor yang tak ku kenali. Aku menjawab panggilan itu, “Assalamualaikum.” Pelik! Suara orang tua. “Waalaikumssalam. Hanif, ini pakcik Hamidi. Kenal lagi kan?” aku menjawab dengan senyuman, “Mestilah saya kenal, pakcik. Mana pakcik dapat nombor telefon bimbit saya ni?” Dia menjawab pula,“ Pakcik dapat nombor telefon kamu daripada doktor yang membedah Sakinah tempoh hari. Bila kamu nak datang rumah pakcik? Sakinah dah beritahu jawapannya pada pakcik. Dia sedia menerima kamu.” Aku bagaikan tak percaya! Mimpikah ini? Raudhatus Sakinah menerima lamaranku? Alhamdulillah. Ku tahan air mataku dari membasahi pipiku, “Alhamdulillah pakcik. Nanti saya beritahu abah dan ibu saya. Terima kasih. InsyaAllah, minggu depan saya akan datang untuk majlis walimatul urus.” Selesai berbincang di telefon bersama bakal bapa mertuaku, air mataku deras mengalir dan aku terus pergi berwuduk untuk sujud syukur pada Ilahi kerana telah memperkenankan doaku. Thank you Allah!

Selesai lafaz ijabkabul di Masjid Shah Alam, aku dan Raudhatus Sakinah sah menjadi pasangan ‘couple’ suami isteri. Akhirnya, berjaya juga aku jadi kekasih halal dia. Alhamdulillah. Ku kucup dahinya sambil dia menitiskan air mata terharu bercampur bahagia. Air mata gembiraku juga turut mengalir. Subhanallah!!

Malamnya, sebelum aku dan dia merebahkan diri untuk merehatkan badan, aku berkata padanya dengan penuh kemesraan, “Sayang, terima kasih sebab sudi terima Abang jadi kekasih halal Sayang.” Dia membalas kata-kataku dengan mengukir sebuah senyuman indah, “Kasih diterima, Abang. Bukan ke Abang yang minta persetujuan Sayang untuk jadikan Abang kekasih halal Sayang? Terima kasih juga sebab sudi jadikan Sayang kekasih halal Abang. Thanks a lot sebab Abang tolong bayar kos pembedahan Sayang.” Sejuk hatiku mendengar kata-katanya. “Kasih juga diterima, Sayang. Kita dah jadi ‘couple’ kan sekarang. Tak payahlah nak berterima kasih lagi. Abang akan sentiasa menerima kasih Sayang. Hehe. Yes! Abang boleh buat apa saja sekarang. Abang boleh rindu Sayang, cium Sayang, pegang tangan Sayang dan peluk Sayang!” kataku sambil menunjukkan reaksi seperti hendak memeluknya. Dia tersipu malu. Pipinya berubah menjadi putih kemerah-merahan. “Abang ni, gatal!” katanya sambil mencubit pehaku. Aku ketawa dan berkata, “Kalau Abang tak menggatal dengan Sayang, Abang nak menggatal dengan siapa lagi? Oklah. Abang nak menggatal dengan jiran sebelahlah esok. Jangan cemburu tau.” Dia mencubit pehaku lagi. Aku dan dia sama-sama ketawa. Sebelum tidur, aku memberitahunya bahawa aku akan mengejutkannya bangun untuk qiamulail bersamaku sebelum Subuh untuk memohon restu, redha dan bersujud pada Allah s.w.t.

Jam menunujukkan pukul 3.30 pagi. Aku mengejutkannya supaya bangun daripada tidur. Kami berwuduk dan mengerjakan qiamulail bersama diketuai aku, selaku imam. Usai qiamulail, aku membacakan doa. Isteriku, Raudhatus Sakinah mengaminkan isi doaku. Kami bermunajat pada Ilahi. Aku berdoa padaNya dengan penuh pengharapan. Isteriku mengaminkan doa yang ku baca dengan penuh pengertian.

Ya Allah, kami mohon padaMu agar diampunkan dosa kedua ibu bapa kami, dosa-dosa kami dan dosa seluruh umat Islam. Kurniakanlah kami zuriat-zuriat yang bakal menjadi pejuang syahid fisabilillah. Redhailah dan restuilah tali pernikahan kami ini agar berkekalan hingga ke syurga Firdausi. Janganlah Kau biarkan kami hanyut dengan nafsu duniawi sehingga melupakan ukhrawiMu. Bimbinglah hati kami sentiasa. Jadikanlah kami pasangan bahagia dunia dan akhirat. Terima kasih ya Allah kerana dengan izinMu, Kau jadikan kami kekasih halal. Kau perkenankan juga doaku untuk menjadi kekasih halal isteriku. Semoga Kau panjangkan jodoh kami agar kami dapat berjumpa dan berkasih sayang lagi di akhirat kelak.

Amin ya rabbal a’lamin…

Usai membaca doa, dia menyalamiku. Aku menghadiahkan sekuntum senyuman manis padanya dan mengucup dahinya. Subhanallah!! Aku berkata dalam hatiku,

Ya Allah, jadikanlah isteriku ini seorang isteri yang mentaatiMu dan mentaati suaminya. Jadikanlah dia ibu yang akan mengasuh anak-anakku dengan ajaran agama muliaMu. Berkatilah hubungan kami ini agar aku dan dia kekal behagia sehingga maut menjemput kami untuk kembali ke pangkuanMu.

-TAMAT-

Sumber : wana93.wordpress

MENUJU GERBANG KEREDHAAN ILAHI


Sijil Pelajaran Malaysia sudah 5 tahun berlalu. Alhamdulillah, aku telah mendapat keputusan yang cemerlang. Kini, aku sedang menyambung pelajaran di Universiti Yarrmouk,Jordan dalam bidang agama yang aku minati. Sedar tidak sedar, sudah 5 tahun aku mengenali si dia. Seorang lelaki yang sangat istimewa bagi diriku iaitu Zamani. Tak pernah aku sangka, peristiwa memalukan aku tertinggal bas di sekolah 5 tahun yang lepas telah membuat hati kami bertaut. Terima kasih kepada Allah kerana mentakdirkan aku tertinggal bas dan terima kasih juga kerana Allah telah menggerakkan dia untuk menumpangkan aku dengan kereta ayahnya. Siapa pernah terfikir, peristiwa sekecil ini mampu mengikat hati dua insan. Walaupun berjauhan, kemudahan teknologi benar-benar mengikat kepercayaan kami.

Aku sedar, hari demi hari aku semakin menyenangi kehadiran dia dalam hidupku. Aku bersyukur atas hubungan ini. Bersyukur kerana aku dan dia bukanlah seperti pasangan yang lain. Kami bukanlah pasangan yang ‘berdating’ ke hulur ke hilir berpegangan tangan melakukan maksiat. Kami hanya berhubung melalui ‘sms’ dan berinternet sahaja dari jauh. Aku di Jordan dan dia di Malaysia. Aku tidak pernah mengucap kata rindu, apatah lagi kata sayang. Seingat aku, dalam masa 5 tahun ini, kami cuma pernah berjumpa 5 kali sahaja. Itupun kerana dia dan kelurganya datang beraya ke rumah aku. Aku juga bersyukur kerana ibu bapa kami saling meredhai persahabatan kami. Hari berganti hari, kami semakin matang. Aku semakin mengenali dunia, semakin mendalami ajaran Islam yang sebenarnya. Dulu, memang aku selalu berfikir bahawa hubungan kami ini tidak salah. Ya, memang tidak salah daripada pandangan mata luar. Namun, jauh di sudut hati aku, aku sering merindui dia biarpun tiada siapa antara kami yang melafazkannya. Pernah juga aku impikan dia untuk menjadi suami dan pembimbing hidup aku suatu hari nanti. MasyaAllah, begitu jauh sekali aku lalai..Astaghfirullah…

Aku termenung jauh sendirian. Mengingatkan Amira dan Ina, sahabat karib yang sudah kembali ke tanah air tercinta. Ina pernah menasihati aku. “ Kau serius ke dengan si Zamani tu? Dah 5 tahun korang bercinta. Bila lagi nak naik pelamin? Daripada korang mengumpul dosa,baik korang nikah muda. Elak maksiat dan dosa.” Amira juga pernah memberitahuku “ Zamani tu baik budaknya kan.. Korang bercinta sampai dah nak masuk 6 tahun. Bila lagi dia nak masuk minang kau? Bercinta ni banyak dosa dan risiko yang kau kena tanggung tau. Seksa hati tu!!” Aku berfikir panjang. Betul kata mereka. Faidhi dan Rahimi, kawan rapat Zamani juga pernah menegurku, “ Zawana, kau ni muslimah, kenala jadi contoh yang baik untuk pelajar-pelajar junior. Kau belajar sampai ke Jordan, amik aliran ilmu agama,takkan tak tau lagi kot. Satu-satunya cinta yang diredhai Allah adalah cinta selepas kahwin. Kau bercinta dengan Zamani sampai 5 tahun. Bila lagi nak kahwinnya? 0rang ramai dok sebok bercakap tentang kau dan Zamani tau. Walaupun korang berjauhan sekarang,tapi ramai yang dah tahu pasal hubungan cinta kau dengan Zamani tu..” Itu kata dari Faidhi. Rahimi juga sempat berkata “ Eloklah aku rasa korang berdua kahwin muda. Takla banyak dosa. Eh, kahwin muda ni dapat elakkan kita dari berlakunya fitnah tau. Ingat tu. Aku cuma nasihat je. Kau dengan Zamani tu kawan aku. Kalau korang berdua nikah, lega la hati kitorang. Takla kau pun terseksa hati tu. Ingat, dalam bercinta ni, elakla zina apa pon tapi, zina hati tetap berlaku. Lu fikirlah sendiri..!” Rahimi agak kasar sedikit orangnya, namun tegurannya itu benar-benar memberi makna yang mendalam. Betul kata Rahimi. Aku selalu juga merindui Zamani dan membayangi dia. Betapa lalainya aku! Zina hati sememangnya kelihatan kecil, namun dosanya tetap sama. Hmm..

Astaghfirullah..lama betul aku termenung. Aku beristighfar panjang. Terima kasih sahabat-sahabatku kerana sering mengingatkan aku akan kejahilan diriku. Dengan segala kekuatan yang ada, aku menghantar ‘sms’ kepada Zamani.

"JANGAN PERNAH HUBUNGI SAYA LAGI, MELAINKAN AWAK INGIN MENJADIKAN SAYA SEBAGAI PERMAISURI HIDUP AWAK DENGAN CARA YANG HALAL IAITU KAHWIN"

Aku sendiri tidak pasti dengan apa yang aku lakukan. Gilakah aku? Aku sedar, dia pasti kebingungan dengan kata-kata aku kerana antara kami tiada yang istimewa. Aku juga sedar hakikatnya, dia juga mempunyai perasaan dan rasa cinta terhadap aku biarpun dia diam membisu seribu bahasa. Hubungan kami terputus begitu saja. Aku dan dia sudah tidak pernah lagi berhubung antara satu sama lain. Itulah mesej terakhir aku untuk dia.

Setiap hari,aku tidak lupa untuk berdoa “ Ya Allah, jika Zamani adalah yang terbaik untuk ku, maka pertemukanlah jodoh di antara kami berdua suatu hari nanti. Namun, jika dia bukanlah calon yang baik buat ku, maka campakkanlah perasaan cinta dan sayang ku ini jauh-jauh dari mendekatinya.Amin..”Ingin aku katakan, betapa sukarnya aku hendak melupakan dia. Namun, dengan tekad dan harapan semata-mata kerana ingin menggapai redha Illahi,aku teruskan juga usahaku untuk melupakan dia. Dalam kesibukan aku melupakan dia, enam bulan berlalu begitu sahaja. Terasa cepat benar masa berlalu.

Usai peperiksaan akhir tahun, aku pulang ke tanah air. Setibanya aku di rumah, tiba-tiba aku dikejutkan dengan rombongan peminangan. Dari dia, Zamani!! Pergh..Biar betik..!! Alhamdulillah Ya Allah!! Andai dia dapat melihat hati ini, betapa terkejutnya dan bahagianya aku di saat itu. Dia datang lagi ke rumah aku,tapi kali ini dengan sebentuk cincin. Yes..!! Ya Allah, Engkau kabulkan jua doaku. Alhamdulillah, aku bersyukur kerana kini, aku sudah sah menjadi permaisuri hidup dia. Sekarang, aku bebas merindui dia tanpa rasa berdosa, aku bebas berbicara dengan dia tanpa rasa bersalah dan aku juga bebas menyayangi dan mencintai dia dengan sepenuh hati kerana dia lah ‘putera agamaku’, pembimbing hidupku dan pilihan hatiku.

kawen

nikah

Terima kasih Allah kerana menghadirkan Zamani semula ke dalam hidup aku. Terima kasih juga Ya Allah kerana Engkau telah mengizinkan aku memilih jalan percintaan yang halal dan diredhaiMu iaitu cinta selepas kahwin. Alhamdulillah, kerana Engkau telah memberikan aku petunjuk untuk menuju ke gerbang keredhaanMu. Itu tujuan sebenar kami. Walaupun aku nikah dalam usia remaja semuda 22 tahun, namun, aku bersyukur kerana kini, aku akan dapat elakkan dosa, maksiat dan fitnah. Terima kasih Ya Allah. Redhailah perhubungan kami ini dengan payung keredhaanMu kerana sesungguhnya hidup di dunia ini takkan bererti dan bermakna tanpa redhaMu. Semoga hubungan kami berkekalan dan sentiasa berada dalam payung rahmatMu yang akan membawa aku dan Zamani ke syurga yang abadi dan hakiki.

Sumber : Email

MEMO BUAT SI BELANGKAS...


Menyorot dahsyatnya mitos cinta meracuni pemikiran generasi muda hari ini, pelbagai maksiat menular di sana sini. Gadis hilang harga diri. Pemuda meratah dara sesuka hati. Anak pungut merata-riti. Ah, sekotor inikah cinta anak muda? Tidak! Cinta itu tidak kotor bahkan suci sekudus embun pagi. Tangan manusialah yang mengotorinya.

Aduhai pemuda-pemudi yang sedang hangat bercinta!

Bukankah Allah menyediakan jalan halal buat menyuburkan cinta yang sedang mekar antaramu dengan si dia? Kenapa tidak nikah sahaja? Boleh khalwat lama-lama.

"Ingat nikah tu senang?!" Mungkin ini persoalannya. Mungkin ini yang membelenggu pemikiran anak muda yang sedang bercinta. Sama ada jawapannya senang atau susah, setiap pasangan yang sudah jatuh hati perlu ada niat untuk memilih jalan halal lagi diberkati ini. Niat yang bersih berperanan mengawal diri agar terhindar dari lembah zina terkutuk dan segala perkara yang menghampirinya. Apa yang dinamakan cinta lelaki dan perempuab asing hanya boleh dinikmati selepas berumah tangga. Ingat tu!

Kunasihatkan diriku jua dirimu hai muda-mudi, dalam urusan jodoh, apa pun keputusan buatlah sebagaimana yang dianjurkan oleh syarak dengan jalan istikharah dan musyawarah (berbincang). Andai di sana nampak keserasian, usah terlalu fikirkan masalah, berfikirlah dengan optimis.

Ambil langkah yang diizinkan Allah seterusnya iaitu dengan berkhitbah (bertunang) dan saling setia pada janji syarak yang menghampiri zina lagi tidak diredhai_Nya.

Khusus buat pemuda-pemudi yang sedang dilamun cinta,

Penulis ingin berbicara dengan muda-mudi yang sedang lemas dalam lautan cinta. Teristimewa buat mereka yang tidak meletakkan nikah sebagai prioriti sekarang, demi untuk meneruskan belajar atau mengejar cita-cita.

Seringkali bila ditanya pada syabab (pemuda) tentang kenapa tak segera berzaujah (menikah), mereka amat risaukan masih tak mempunyai pekerjaan tetap.

Sedangkan ada hadis yang mana Nabi berpesan agar menyegerakan nikah bagi yang sudah bertemu calonnya. Pemuda selalu bimbang jika tak mampu memberi nafkah kepada bakal bidadari dan seluruh isi rumahnya nanti. Faktor ekonomi amatlah membebankan benak mereka. Betulkan ya syabab?

Kerisauan ini lumrah... ia lahir dari kesedaran bahawa perkahwinan itu bukan suka-suka tapi penuh tanggungjawab. Sesetengah orang membuat perhitungan hidup secara matematik, contohnya jika seorang memerlukan biaya RM1000 maka dua orang memerlukan RM2000. Hidup sendiri pun sukar dibiaya apatah lagi membiayai hidup orang lain.

Faktor ini membuatkan sang pemuda takut berkahwin. Gambaran seperti ini semakin memberat apabila hidup dikuasai berhala bernama materialisme. Apatah lagi masyarakat terlalu meletakkan ukuran materialisme dalam menjalani hidup.

Al-Quran mengecam keyakinan materialisme seperti ini dan menyuruh kita berfikiran optimis. Lihatlah Allah memberi berita gembira berupa kecukupan kehidupan bagi pasangan yang berkahwin :

"Dan nikahkanlah orang yang sendirian antara kamu, dan orang-orang yang layak nikah di antara hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia_Nya, dan Allah maha luas pemberian_Nya lagi maha mengetahui." (An-Nur : 32)

Nah, itu jaminan Allah. Jaminan siapa yang lebih patut dipercayai?

Umar al-Khattab, sahabat agung, pernah berkata sebagaimana dikutip dari al-Qurtubhi: " Saya sangat takjub dan hairan dengan orang-orang yang tidak mahu menikah kerana takut miskin, dan tidak mahu mencari kekayaan melalui perkahwinan, padahal Allah telah menjaminnya."

Nabi Muhammad s.a.w juga memberi gambaran yang praktikal. Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah r.a : "Makanan dua orang dapat mencukupi tiga orang, dan makanan tiga orang dapat mencukupi empat orang." (riwayat Bukhari dan Muslim)

Tidak hairanlah Ibnu Mas'ud pernah berkata, "Carilah kekayaan dan rezeki melalui pernikahan," kemudian beliau membaca firman Allah dalam surah An-Nur, ayat 32. Apalagi, sama-sama hapuskan berhala materialisme dalam hati dan fikiran.

Buat kaum Hawa,

Yakin dan percayalah pada insan yang telah ditunjukkan Allah dalam istikharahmu walauapapun keadaannya pada masa ini, asalkan baik agamanya. Sama ada dia masih belajar atau masih bertukar-tukar kerja, percayalah padanya.

Buat syabab,

Rezeki Allah amat luas, jangan dirisaukan sangat. Walaupun sesuatu pekerjaan itu tidak terpandang di sisi masyarakat contohnya bekerja sendiri namun terakam mulia dalam hadis Rasulullah s.a.w. Beliau bersabda : "Pekerjaan yang terbaik adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua penjual beli yang baik." (Riwayat Ahmad, Baihaqi dan lain-lain)

Jika kerisauan untuk menikah disebabkan faktor orang tua, berbincanglah dengan mereka penuh hikmah. Hati mereka milik Allah, dipegang Allah dan boleh dilunakkan oleh Allah dalam sekelip mata. Ianya menuntut doa, kesungguhan dan keberanian. Orang tua akan cair jua dengan kebaikan kerana merekalah insan yang paling inginkan kebaikan untuk seorang anak. Percayalah!

Jika terubat segala kerisauan dan tertanam kukuh sebuah keyakinan maka laksanakanlah khitbah (pertunangan).

Selama tempoh khitbah, berkongsilah apa yang dirasakan mustahak dan tidak terlalu kerap berhubung untuk menjaga kesucian ikatan. Tempoh itu sesungguhnya amat menguji. Pastikan ikatan itu terjaga dari kelalaian dan segala perbuatan yang menghampiri zina.

Laksanakanlah ikatan dengan mana paling memudahkan lelaki. Aisyah r.a menjelaskan, "Sesungguhnya di antara keberkatan wanita ialah memudahkan peminangan dan kemudahan maharnya". (Riwayat Ahmad)

Oh, kaum Hawa!

Tidakkah kamu mahu menjadi wanita yang berkat? Oh, mudah kahwin itu rupanya jika ikut agama!

Apa tunggu lagi wahai yang dah berpunya? Pilihlah untuk berkahwin. Takutlah pada Allah melebihi takutmu pada segala persoalan di benakmu. Yakinlah pada Allah. Berdoalah pada_Nya agar dipermudahkan nikah buatmu.

"Wahai para pemuda, siapa yang mampu, berkahwinlah! Sesungguhnya ia menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Siapa yang tidak mampu berpuasalah." (Riwayat Bukhari)

Sumber : Email, Petikan Majalah Solusi
Karya : Fatimah Syarha

Lain_laiN

Related Posts with Thumbnails